VISI KAMI

“ AGAR HAK DAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH DIAKUI DAN DIHORMATI. ”

Rabu, 06 Maret 2013

Sosialisasi Di Keuskupan Weetebula - Pulau Sumba


SUMBA BARAT DAYA - MENGENAL MEREKA LEBIH DEKAT
SOSIALISASI ANTI PERDAGANGAN MANUSIA DI SUMBA BARAT DAYA

Kabupaten Sumba Barat Daya adalah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, sebagai pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat. Dengan Luas sekitar 1.445,32 km2 dan Populasi  sekitar 235.632 jiwa, wilayah ini dibagi menjadi 8 kecamatan, yaitu: Kodi, Kodi Bangedo, Kodi Utara, Laura, Wewewa Barat, Wewewa Selatan, Wewewa Timur, Wewewa Utara.


Keuskupan Weetebula
Uskup Edmund Woga, C.SS.R  adalah uskup yang telah berkarya di keuskupan ini sejak 4 April 2009. Berdiri pada tanggal 6 Februari 1969, keuskupan beralamat di Jl. El Tari, Radamata 87254,Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.  .
Keuskupan Weetebula adalah keuskupan sufragan pada Provinsi Gerejani Keuskupan Agung Kupang. Dengan wilayah pelayanan 4 kabupaten di pulau Sumba: Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya. Memiliki 24 paroki.  Dan di Sumba Barat Daya  sendiri terdiri atas 13 Paroki  ( Dimana beberapa perwakilan dari  8 paroki diantaranya hadir saat sosialisasi ):  Paroki Ande Ate, Kodi, Sumba Barat Daya (St. Paulus), Paroki Bondo Kodi, Kodi, Sumba Barat Daya (St. Elisabeth), Paroki Homba Karipit, Kodi, Sumba Barat Daya (St. Maria), Paroki Waimarama, Kodi Bangedo, Sumba Barat Daya (St. Yosef), Paroki Waimangura, Wewewa Barat, Sumba Barat Daya (Kristus Raja), Paroki Kalembu Weri, Wewewa Barat, Sumba Barat Daya (St. Geradus Mayella), Paroki Weekombaka, Sumba Barat Daya (Hati Kudus Yesus), Paroki Weetebula, Sumba Barat Daya (Roh Kudus).  
Sedangkan perwakilan paroki yang tidak hadir adalah dari Paroki Elopada, Wewewa Timur, Sumba Barat Daya (St. Mikael), Paroki Manola, Wewewa Selatan, Sumba Barat Daya (St. Yosef), Paroki Palla, Wewewa Utara, Sumba Barat Daya (St. Mateus), Paroki Kererobbo, Loura, Sumba Barat Daya (St. Alfonsus), Paroki Tambolaka, Loura, Sumba Barat Daya (St. Arnoldus Jansen.
Sedangkan beberapa kongregasi biarawan yang berkarya di Sumba Barat Daya ini diantaranya adalah OCD, SVD, BHK, SDB, CSsR dan Pr dan kongregasi biarawati adalah CIJ, OSF, PRR, SCMM, SSpS, FMA, ADM dan ALMA



Budaya, Geografis, dan potensi alam Sumba memang sangat menarik untuk di pelajari dan di lestarikan. Bebatuan Megalithikum berupa kubur batu yang diletakkan didepan rumah dan banyaknya rumah adat dengan atap dari alang alang yang menjulang tinggi ( Sebagian dari mereka tidak bersedia diganti dengan bahan lain ) merupakan sebuah bukti mereka masih menghormati budaya nenek moyang mereka. Seminari Sinar Buana – Loura, Sumba Barat Daya yang kami kunjungi pada hari terakhir adalah sebagian dari mereka yang mencoba untuk melestarikannya, termasuk dengan penelitian mereka akan agama asli suku sumba , Marapu. 
Namun di balik itu semua, sumber daya manusia yang terbalut dalam budaya dan adat mereka ternyata masih rentan dengan bahaya perdagangan manusia. Ketidak tahuan dan ketaatan mereka terhadap budaya mereka menjadi incaran beberapa oknum calo calo yang tidak mengenal apa itu Hak dan martabat manusia sebagai citra Allah.

Berlangsung pada tanggal 9 – 12  OKTOBER 2012 yang lalu di  Wisma Kolping- Kalembu Kutura pada pertemuan pertama dan Pertemuan ke dua bertempat di Wisma Kolping Bondo Kodi Sumba Barat Daya . Misi  komisi dalam Menggerakkan para religius untuk mencegah perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak dan Memberdayakan para religius untuk menanggulangi perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak masih jauh dari harapan. 
Namun dengan bantuan dari para romo muda seperti Rm Edi Pr, Rm Primus Pr, Rm Isto Pr , dan beberapa suster ADM , Misi  komisi dalam Menyebarkan pengetahuan tentang kekejaman dan liku-liku mata rantai perdagangan manusia dan Menumbuhkan kesadaran, bahwa perdagangan manusia melawan nilai kasih dan keadilan telah sampai kepada level bawah atau mereka yang memang terlibat langsung.
Banyaknya peserta yang berasal dari kalangan umat khususnya para penggerak BASIS / LINGKUNGAN di paroki masing masing dan kehadiran para tokoh masyarakat baik dari kalangan Katolik maupun Protestan ( GKS / Gereja Kristen Sumba ) yang membuat sosialisasi bisa mencapai semua kalangan.
Selain itu kehadiran para pejabat desa ( Kepala desa, Sekretaris desa ) yang mempunyai andil dalam pembuatan administrasi masyarakat  juga menambah semakin bervariasinya masukan dan pengalaman dari peserta.
Pertemuan ini semakin lengkap pula dengan kehadiran para murid SMA dan SMK yang notabene adalah usia dimana mereka adalah kalangan yang rentan terhadap penipuan dengan berkedok lebih enak bekerja daripada bersekolah ( Ada seorang kepala Sekolah SMK yang mengakui jika sering ada anak sekolah yang pergi bekerja ke luar daerah saat masih kelas satu atau dua dan ada beberapa yang kembali sekolah setelah mereka kembali ke kampung halamannya).
Harapan dan Keinginan peserta untuk melanjutkan sosialisasi kepada keluarga keluarga TKI maupun calon TKI sangat besar yang terlihat dari RTL ( Rencana Tindak Lanjut ) mereka. 
Termasuk Rencana Tindak Lanjut sebagian murid SMK yang akan membuat brosur yang akan di edarkan ke kelas kelas mereka dan di sponsori oleh SMK jurusan Komputer.
Adanya dorongan dan motivasi dari Rm Vincentius Kristiantoo Pr selaku ketua PSE Delsos Keuskupan Weetebula dalam menggerakan RTL ini melalui program program yang sebagian dananya berasal dari Keuskupan Weetebula.
Adanya adat budaya yang tidak bisa mereka tinggalkan yang menyebabkan kemiskinan masih membayangi mereka ( Budaya Belis atau juga tradisi “ pembantaian “ binatang ( kerbau , babi ) ( Demikian Bapak Sekda Kabupaten SBD mengatakan ) pada saat melangsungkan sebuah upacara adat misalnya upacara adat kematian atau juga upacara adat “ Gali Tulang “  / Ada sebuah rumah tangga yang memaksakan diri untuk melaksanakan tradisi tersebut dengan biaya puluhan juta rupiah sedangkan rumah dan harta sangat amat minim sekali. “ Lebih baik tidak punya harta tapi mempunyai harga diri “ demikian Wakapolres SBD mengistilahkan.
Masih adanya rasa malu bekerja di daerah sendiri dan lebih baik bekerja di luar daerah – Didaerah Bondo Kodi ( Pertemuan Kedua ). Daerah Bondo Kodi adalah sebuah daerah dekat pesisir pantai yang dikenal dengan tingkat kriminalitas tinggi terutama pencurian.
Masih adanya budaya pernikahan dini bagi anak anak usia SMP ( bahkan SD ) di daerah Sumba.
Masih lekatnya budaya Patriarkal di masyarakat setempat (beberapa peserta dari Kodi memang mengakui bahwa perempuan memang lebih baik bekerja di dapur saja dan terlihat dari kehadiran peserta yang hampir 95 % adalah kaum pria ). 
Budaya dan kemajuan jaman serta tuntutan ekonomi rasanya terkadang masih bertolak belakang, atau mungkin bisa dikatakan terkadang sulit untuk disatukan, terutama didaerah dengan geografis dan ekonomi seperti Sumba Barat Daya.
Hanya dengan kemauan dan kerja keras dari kita semua yang mau berupaya untuk mengembalikan arti dari harkat dan martabat manusia sebagai citra Allah, yang " mungkin " bisa menyelamatkan generasi manusia di masa yang akan datang.
Selamat Berkarya.

Dadang
Sekretaris Eksekutif CWTC


1 komentar:

  1. kayanya selain anak smp disuruh nika dan tkw, juga ada belis dengan maksud lain. dua tahun lalu saya ada disumba 3 minggu. lagi traveling dan jadi ngobrol sama orang sumba. Waktu itu, yang punya wisma yang saya inap, ajak saya ke air terjun. pas pulang, dia berhenti, dan Tanya sama orang lain apa ada kuda dijual.
    pas kita sudah jalan lagi, saya Tanya tentang kuda. dia bilang ada acara adat belis. saya tanta apa artinya itu. dia bilang beli perempuan.
    "maksudnya bapak mau nikah?"
    --bukan, saya sudah punya isteri kan
    "trus perempuannya untuk apa
    --dia kerja di rumah dan bantu isteri kepasar
    "ooh, pembantu, seperti dapat gaji.
    -ngga, kan saya dah beli dia.
    "huh? emang beli dari siapa? bapaknya?
    -ngga, dari tuan.
    -trus, bapaknya tidak apa? boleh dijual anaknya?
    -ya bapak kan sama tuan juga, jadi tidak bias tolak
    -perempuan ya umur berapa?
    -16
    -terus, tinggal sama bapak aja/. trus kalau dia mau nikah?
    -ya, dia tidak akan nikah. tapi kalau dapat anak bagus untuk saya
    -kenapa?
    ya saya bias jual
    -??!! terus dia hamil dari siapa???? kalau ga nikah? dari bapak sendiri??
    -ngga, saya tidak suka begitu sih. tuan lain ada kaya gitu, tapi saya tidak.
    -trus hamil ama siapa?
    -ya ada mungkin nanti
    -oh gitu. terus dia tidak apa tingal dirumah bapak
    -ngga, dia dapat makanan banyak dan diurus baik
    -tapi ga boleh pergi
    -emang tidak boleh.
    -maksudnya seperti budak?
    -oh, kamu tahu kata budak?
    -iya pak, saya tau (saya asing)
    -ya, ada orang bias bilang budak, tapi bagi saya tidak karena diurus yang baik.
    -o gitu. terus acara adatnya kaya apa?
    -nanti tgl 4, terus saya bawa kuda, dan tuannya bawa perempuannya, dan kita tukar dan tanda tangan. banyak tamu nanti.
    -oh, wow. terus harganya berapa?
    -dua kuda dan 3 kerbau
    -kalau dirupiah?
    -ya sekitar 50juta
    oh, wow.

    pas kebetulan saja saya ada dimobil sama bapak ini dari wisma, dan pas kebetulan dia Tanya kuda. dan karena saya bias bahasa, saya Tanya aja, kan basa basi. trus sangat kaget ceritnya!!!

    sepertinya, mungkin terjadi sering, saya pikir. karena bapak ini cerita seperti itu biasa aja. mungkin dia pikir saya emang tahu tentang ini, karena pas saya mulai tanya banyak pertanyaan, dia mulai aga lebih grogi. tapi ya kita di mobil, jadi tanya aja! waktu itu pernah saya cari diinternet tentang beli seperti ini, tapi 2 tahun lalu ga ada banyak info sekarang juga tidak, tapi saya lihat posting ini, jadi mau share aja. mungkin bias organisasinya kesana.
    tapi kasusnya perumpuan, tapi laki juga, karena kan dia bilang, bapak perempuan ini sama tuan, jadi tidak bias tolak anaknya dijual ke bapak ini.

    BalasHapus