VISI KAMI

“ AGAR HAK DAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH DIAKUI DAN DIHORMATI. ”

Senin, 11 Maret 2013

SOSIALISASI Dan JEJARING CWTC (2)


JARINGAN UNTUK PEREMPUAN DAN ANAK INDONESIA - J P A I

HAM adalah hak yang melekat pada setiap manusia di manapun, kapanpun manusia itu berada tanpa memandang siapa manusia itu. Kemunculan konsep HAM sebagai sebuah isu penting yang mendunia hadir bersamaan dengan perkembangan kesadaran umat manusia akan pentingnya mengakui, menghormati, dan mewujudkan manusia yang berdaulat dan utuh. Dalam konteks hukum HAM, acuan terhadap HAM dapat dilihat dari instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia, secara komprehensif dan holistik, baik yang meliputi instrumen-instrumen internasional hak asasi manusia yang telah disahkan oleh negara, maupun yang belum. Dalam konteks ini pulalah, terminologi “hak asasi anak”, “hak asasi perempuan” dipahami.
Demi untuk memahami hak hak azasi manusia tersebut serta untuk lebih memperat terjalinnya kerjasama dalam upaya melawan tindak perdagangan orang dan kekerasan terhadap perempuan dan anak, beberapa waktu lalu pada medio maret 2011 telah disepakati dibentuknya sebuah jaringan, dimana jaringan tersebut akan menambah semakin eratnya kerjasama antar lembaga yang begitu concern terhadap issue issue tentang perdagangan orang maupun tindakan kekerasan terhadap perempuan anak. Lembaga lembaga tersebut adalah ECPAT, ATAMBUA WOMEN CARE, LEMBAGA KITA, TRuK F, PUSAT PELAYANAN GEMBALA YANG BAIK UNTUK PEREMPUAN DAN ANAK, JPIC-FSGM, INSTITUT PEREMPUAN DAN COUNTER WOMEN TRAFFICKING COMMISSION ( CWTC). Dalam pertemuan tersebut terbentuklah JARINGAN PEREMPUAN DAN ANAK INDONESIA (JPAI) dimana IBSI melalui salah satu komisinya yaitu COUNTER WOMEN TRAFFICKING COMMISSION (CWTC) telah ditunjuk sebagai koordinatornya.



Perlu diketahui, lembaga lembaga tersebut adalah lembaga lembaga yang mempunyai induk donatur yang sama yaitu CMC-MM Belanda.

Dan pada tanggal 6 Februari sampai dengan 9 Februari 2012, bertempat di Wisma Syantikara – Yogyakarta ( Rumah pertemuan dari kongregasi CB ) JPAI telah mengadakan loka - latih pertamanya untuk lebih memperdalam lagi tentang Penegakan Hukum dalam upaya melawan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan berbagi pengalaman antar peserta sendiri. Misalnya,
  • Adanya perlakuan yang kurang simpatik terhadap para korban pemerkosaan dalam institusi aparatur pemerintahan sendiri
  • Masih kurang tegasnya aparatur dalam pengadilan, sehingga seringkali pelaku tidak divonis hingga maksimal
  • Masih adanya benturan dalam masyarakat tentang adat istiadat dan kesetaraan gender , sehingga budaya pun perlu ditinjau kembali apabila merugikan.
  • Masih kurangnya perhatian dan sosialisasi dalam masalah / issue tentang perdagangan orang di lingkup masyarakat itu sendiri, sehingga korban dan pelaku sendiri terkadang adalah kerabat sendiri.
Banyak harapan - harapan peserta dalam loka-latih ini misalnya , dapat berbagi pengalaman antar peserta, dapat lebih memberikan wacana baru dan memperkaya referensi peserta tentang issue human trafficking dan kekerasan perempuan dan anak untuk masa yang akan datang.Selain itu dapat lebih maksimal lagi dalam pendampingan bagi para korban dan langkah langkah dalam penanganan hukumnya.
Loka-Latih yang berlangsung selama 4 hari ini, berakhir dengan sangat harmonis dan peserta dapat membawa pengalaman ini bagi karya masing masing lembaga di daerahnya sendiri. Dengan suasana yang kekeluargaan pula, CWTC melalui Sr. Antonie PMY selaku ketuanya, terpilih kembali menjadi koordinator dalam JPAI ini didampingi oleh ECPAT dengan Bp. Sumadi Wijaya sebagai koordinator materi untuk periode berikutnya.
Semoga dengan adanya jaringan ini , lembaga lembaga yang berada didalamnya dapat lebih bersemangat dan dapat lebih maksimal lagi dalam karya karyanya, baik dalam proses pendampingan, advokasi, kampanye , sosialisasi maupun bentuk lainnya dalam menuju dunia yang damai dan penuh kasih.

Selamat Berkarya...!!

Sekretariat JPAI
---------------------------------------------------********---------------------------------------
PERTEMUAN CWTC WILAYAH KEUSKUAPAN SURABAYA DAN MALANG
Pertemuan yang telah menjadi salah satu AGENDA UTAMA dari hasil Rencana Tindak Lanjut dari wilayah Jawa Timur yaitu Memperkuat Jaringan Lokal dalam program Sarasehan alumni pelatihan beberapa waktu lalu yang diselenggarakan di Lawang Malang, Puji Tuhan , akhirnya terlaksana dengan sangat baik. Dimana pada awalnya panitia dari CWTC sempat sedikit pesimis, karena beberapa hari menjelang hari H nya, peserta yang terdaftar hanya lebih kurang 8 orang, ternyata pada satu hari menjelang peserta sudah mencapai 50 orang.
Inilah, seperti yang disampaikan Sr Ruth pada sekretariat, bahwa saat ini tangan Tuhan lah yang bekerja.
Pertemuan dimoderatori oleh Sr. Ruth SSpS dan dibuka pada pukul 09.00 atau lebih awal seperempat jam dari jadwal dikarenakan banyak peserta, hampir 95 persen, yang telah hadir dan dilanjutkan dengan doa pembukaan oleh Sr lina SPM, diringi dengan harapan untuk menjadikan kami yang hadir menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menanggapi situasi carut marut dunia dalam bentuk; ketidakadilan, penindasan, dan sebagainya yang semakin marak pada zaman ini. Dan dengan kolaborasi dari 16 tarekat/kongregasi dengan total 54 peserta ( CIJ ,OP ,SPM ,HCarm ,OSU ,AK ,CSV ,PRR ,SSpS ,SND ,CP ,KFS ,CIJ ,MC ,PK O Carm ) yang hadir, diharapkan dapat semakin mempererat dan memperkuat jalinan jejaring dalam karya pencegahan terhadap salah satu masalah sosial yang saat ini termasuk dalam tiga besar kejahatan didunia yaitu PERDAGANGAN ORANG.
Acara presentasi diawali oleh Sr vero MC yang merupakan sekretaris dari Counter Women Trafficking untuk mengenalkan CWTC, Apa dan Siapa kah CWTC itu.
Namun sebelumnya sempat disampaikan kepada para peserta, apa yang mereka ketahui tentang human trafficking dan apakah mereka datang ke dalam pertemuan ini atas kehendak pribadi ? , dari beberapa peserta, rata rata menyampaikan bahwa semua adalah keinginan pribadi peserta, dimana rasa keingintahuan terhadap masalah ini begitu besar.
Benarkah ada yang dimaksud dengan perdagangan orang itu ? Bagaimana mereka bisa terjebak dalam konflik permasalahan ini ? Apa yang menyebabkan mereka tidak tahu ? Dorongan apa saja hingga mereka bisa terbujuk oleh tipumuslihat dari para trafficker ? … Pertanyaan pertanyaan itu lah mendorong beberapa peserta tersebut untuk datang dalam pertemuan sabtu pagi tanggal 12 mei 2012 ini.
Dengan gaya penjelasan yang lugas dan jelas, Sr Vero MC menjelaskan sejarah awal keberadaan CWTC ini. Dimulai dengan undangan untuk IBSI ( Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia ) dari APWRATH hingga dengan sidang pleno IBSI dimana CWTC adalah satu satunya komisi didalamnya.
Dengan visi Agar “ Hak dan Martabat Manusia sebagai Citra Allah diakui dan dihormati ” , CWTC telah melakukan sosialisasi tentang human trafficking ini di lebih dari 19 daerah di seluruh indonesia.
Sesi ini berlangsung hingga pukul 10.00, dan dilanjutkan oleh Sr. Monika PK salah seorang suster dari CWTC yang juga sangat concern dengan issue ini.
Dalam presentasinya, Sr Monika PK menjelaskan panjang lebar tentang Human Trafficking , terutama dalam keseharian kehidupan kita, dengan memberikan fakta fakta melalui berita berita tentang perdagangan manusia ini . Misalnya, bagaimana seorang mahasiswa FE di Surabaya menjual pacarnya via Facebook atau juga seorang tersangka ini yang bisa menyediakan pelajar SMA untuk melayani lelaki. Selain itu juga bisa menyediakan mahasiswi dan perawan dan dua ABG yang rencananya akan dijual ke Singapura untuk dijadikan pekerja seks komersial (PSK).
Sesi suster monika diakhiri pada pukul 11.00 dan dilanjutkan dengan pemutaran film “ Ballerina “ yang di pandu oleh Sr. Frida SPM yang diteruskan dengan film tentang hukuman cambuk pada TKI di Malaysia dan di akhiri dengan film tentang perdagangan manusia yang dilakukan oleh anak SMA yang berakibat dengan meninggalnya si trafficker akibat HIV.
Pemutaran film ini bagi peserta sepertinya menjadi pengalaman berharga , karena dapat membuka hati dan mata kita tentang bagaimana perdagangan manusia itu sebenarnya.
Setelah makan siang pukul 12.00 yang dipersiapkan oleh Sr M. Fransiska SSpS dan Sr Ruth SSpS sebagai “ tuan rumah “ , pertemuan dilanjutkan pukul 13.00 dengan acara tanya jawab yang dimoderatori oleh Sr. Celinda SPM, dengan narasumber Sr. Vero MC dan Sr. Monika PK.
Beberapa peserta mengajukan pertanyaan
Sr Tri ; Bagaimana untuk menghadapi orang yang menanyakan pekerjaan atau meminta kita untuk mencarikan orang , sedangkan kita tidak tahu, apakah niat mereka sebenarnya ?
Dewi Pra Novis SSpS ; Apakah ada ketentuan usia / hukum pada anak prostitusi, apa landasan hukumnya
Suster… Apa kelanjutan bantuan untuk mereka / punyakah kita mempunyai lahan kerja bagi mereka para korban
Dijelaskan oleh Sr. Vero ; cara Marketing mereka sangat licik, halus dan terakhir kasar sehingga kita pun harus sangat berhati hati jika ada orang yang “ meminta bantuan “ untuk itu, sering pula kita tidak mengetahui kalau sebenarnya mereka adalah para trafficker
Tentang usia, telah diatur dengan Undang undang perlindungan anak ( untuk usia dibawah 18 Tahun ) sedangkan untuk dewasa telah diatur dengan Undang Undang TPPO, hal ini disampaikan oleh Sr. Monika PK dalam menjawab pertanyaan berikutnya.
Dan sebagai akhir acara, kongregasi dari keuskupan malang dan keuskupan surabaya membentuk jejaring di masing masing daerahnya sebagai salah satu cara untuk memperkuat jejaring CWTC di wilayah Jatim ini,
Pertemuan kali pertama untuk CWTC wilayah Jatim ini berakhir pada pukul 15.00 yang telah terlaksana dengan penuh semangat dan dinamisasi dari para peserta yang hadir.
Semoga dengan hadirnya CWTC wilayah jatim ini dapat semakin memperkokoh dan memperkuat jejaring yang telah ada seperti yang diamanatkan dalam salah satu point kesepakatan dalam sarasehan alumni beberapa waktu lalu yaitu memberdayakan para pekerja pastoral kemanusiaan di setiap tarekat, keuskupan di bawah koordinasi IBSI, KKP-PMP KWI dan SGPP-KWI. ..
Dan semoga pula kami dapat mempersiapkan hati kami masing-masing, sehinggga kami semakin bersatu, untuk menjadi relawan-relawati Gereja-Mu, dalam berbela rasa dengan para penderita….
Semoga.......

SELAMAT BERKARYA
---------------------------------------------------********---------------------------------------

WORKSHOP DI WAELENGKAS

Dalam kotbah oleh Rm. Hermin PR, beliau mengatakan bahwa kita semua itu perantau di bumi ini, karena yang memiliki bumi ini adalah Allah. Kalau kita melihat saudara-saudari kita yang di luar negri bekerja, kita melihat mereka itu seperti pergi ke mesir, mereka mengalami penderitaan karena kekejaman para majikan dan agen yang membawa mereka mereka merindukan pembebasan, banyak yang pulang tanpa membawa hasil, tidak seperti abraham ia keluar untuk pergi ke tanah terjanji tanah yang menjanjikan susu dan madu.

Pengantar oleh Sr. Monika tentang IBSI dan concernya tentang masalah trafficking. Pekerjaan untuk membela kurban trafficking merupakan pekerjaan yang sangat rumit, karena melibatkan banyak orang dan memakan banyak energi dan biaya. Menyelamatkan satu jiwa/satu orang merupakan usaha yang sangat besar untuk membebaskan dari sindikat perdagangan. Sr. Monika menjelaskan visi IBSI: Agar hak dan martabat manusia sebagai citra Allah diakui dan hormat dan misinya yaitu

1. menyebarkan pengetahuan tentang kekejaman dan liku-liku mata rantai perdagangan manusia
2. Menumbuhkan kesadaran, bahwa perdagangan manusia melawan nilai kasih dan keadilan
3. Menggerakkan para religius untuk mencegah perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak-anak
4. Memberdayakan para religius untuk menanggulangi perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak-anak

Kisah beberapa TKW yang menjadi kurban
  • Kalau menjadi TKW ke timur tengah bilamana 2 tahun tidak ada berita kemungkinan sudah meninggal atau terbunuh sangat mungkin
  • Siria tidak hubungan diplomatik dengan indonesia jadi kemungkinan hilang sudah pasti
  • Diharapkan kita semua mengadakan tekanan kepada pemerintah desa untuk tidak memalsukan nama dan umur sehingga mudah dideteksi kalau mengalami sesuatu.
  • Seorang gadis palembang psk dari DOLLY pusat pelacuran terbesar di asia Tenggara, yatim piatu katolik dari satu daerah blitar ada anak yang dalam keadaan hamil ditolong sampai melahirkan, anak kemudian diadopsikan
  • TKW dari hongkong, seorang perekrut dia mengalami pemerkosaan, janda, melahirkan caesar, sesudah melahirkan langsung pergi algi, merekrut anak-ankk, satu anak 4 juta dari awal sampai berangkat.
Pertanyaan dari peserta, kenapa pemerintah diam;Pemerintah tidak bisa buat apa-apa karena devisa negara yang didapatkan besar, suster pernah membebaskan satu orang dari Dolly itu harus menebus 20 juta, apalagi kalau anak itu masih memiliki hutang

Dari ketiga teks itu kita melihat
· Gereja yang berbelarasa dan solider dengan korban kekerasan,
1. perjuangan gereja kelanjutaan dari perjuangan dan karya Yesus, yesus adalah soko guru gereja,
2. Visi Yesus dan perjuangannya, Yesus berjuang untuk pembebasan untuk uamt manusia, Yesus memberkan visi dan programnya, khabar bagi keperpihkan bagi yang miskin dan tertindas, perjuangan yesus tidak hanya bersifat rohani tapi juga yang jasmani. Orang-orang miskin itu adalh orang-orang yang dirampas haknya. Dalam bangsa yahudi orang-orang berdosa, sakit itu tidak dilibatkan di masyarakat yahudi, Semangat keadilan Yesus ini sungguh menjawab kebutuhan saat itu, yesus sangat berpihak kepada mereka yang diperlakukan tidak adil. Yesus menegakkan cinta dan belaskasih pada sesama.

MARTABAT MANUSIA DAN PANGGILAN GEREJA
Keperpihakan gereja pada yang menderita mengeluarkan ensilkil pertama rerum nevarum pleh paus leo XIII, paus memberikan perhatian pada kaum buruh yang dieksploitasi oleh majikannya, kekbebasn kaum buruh dan martabat manusia. Dokumen yang pertama dan sangat penting dalam gereja, sesuadah enslik ini paus menegaskan
  • Setiap manusia itu berbeda, perbedaan sesuatu yang kodrati dan penting.
  • Perlu ada pengakuan yang benar untuk kaum buruh
  • Hak untuk mendirikan serikat buruh supaya mereka menjadi kuat untuk menopang yang lemah
Dari Bp kapolres Manggarai Bp Hambali

Didahului dengan film perdagangan orang dari jurnal perempuan

Penanggulangan perdagangan perempuan, mengacu pada undang-undang no 21 thn 2007. Sebetulnya tidak terbatas perempuan. Dijelaskan definisi dari perdagangan orang. Masalah perdagangan orang berhubungan dengan kemiskinan dalam suatu negara. Menado dan jawa barat banyak yang jadi PSK, NTB banyak yang jadi TKI, NTT sasaran sebagai pembantu, laki-laki untuk kerja kebun, Jawa timur banyak yang ke timur tengah. Spg : sales promotion girl tawarannya tapi kemudian dijadikan PSK.Banyak PJTKI yang seolah resmi tapi hanya berkedok sebetulnya menjeratan korban, sampai korban tidak bisa keluar dari jerastan utang, sehingga menempatkan perempuan pada posisi rentan. Proses dari keberangkatan sampai tujuan bisa sampai enam ke satu tahun sehingga disini terjerat hutang karena selama di penampungan yang menjamin agen.
PENCEGAHAN semua elemen masyarakat ikut bertanggungjawab ikut mencegah terjadinya trafficking. Segera melaporkan pada penegak hukum dengan data-data lengkap, biasanya penyelidikan agak lama karena antar daerah. Pencegahan dilakukan di bandara, pelabuhan. Pencegahan-pencegahan yang perlu dilakukan tidak mungkin dilakukan oleh satu instansi saja, pemberantasan kemiskinan menjadi alternatif untuk mencegah trafficking. Yang sudah dilakukan membebaskan mereka yang terkurung tapi masalahnya siapa yang mempyai uang untuk mengembalikan.berusaha memberikan pemahaman agar tidak mudah tergiur untuk bekerja ke luar daerah/negara.
Perdagangan perempuan disini sepertinya belum menjadi sesuatu yang menjadi fokus bgi para polisi disini. Unsur kejahatan ini belum mulai disini, kita harus kerjasama dengan pemda di kabupaten, polisi dan LSM. Kalau hanya sebagai perkrut belum bisa dilaporkan karena belum terjadi perdagangan orang sehingga hanya perlu dinasehati untuk tidak merekrut orang.

---------------------------------------------------********---------------------------------------
SEMINAR ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KOMISI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEUSKUPAN JAYAPURA, SENTANI, 4 – 6 NOVEMBER 2011.

Oleh :
Astrid Elisabet
Sr.M. Xaveria FSGM

Salam Jumpa,
Dalam menjalankan tugas, para petugas gereja dari tingkat keuskupan sampai kombas harus menjalankannnya sesuai dengan visi hasil sninode “membangun gereja mandiri dan visioner” dengan sasaran komunitas basis dan orang muda katolik (OMK). Bagaimana caranya agar OMK dan kombas berdaya dan mandiri? Harus dimulai dari mana?
Komisi perempuan bersama keuskupan Jayapura bekerjasama dengan pihak lain seperti Pemerintah, kelompok perempuan, komunitas pemerhati perempuan dan anak bersinergi untuk mencapai sasaran ini. Pemegang peranan dominan di kombas selama ini adalah perempuan dan anak. Apa yang mesti dilakukan agar kegiatan di kombas dan paroki dijalankan oleh laki-laki dan perempuan secara bersama-sama?
Gereja memiliki posisi yang strategis untuk memberi pengaruh. Oleh karena itu komisi melihat ini sebagai langka strategis untuk membantu. Sehingga diselenggarakannya kegiatan SEMINAR “ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK”. ( Ketua Komisi Pemerdayaan Perempuan Keuskupan Jayapura (Yosephita Aron))
Empat dekenat mengutus perwakilan dari setiap paroki, hadir juga para mahasiswa dari sekolah tinggi, seperti ST fajar Timur, STPK, dan Universitas Cenderawasih. Kegiatan ini dibantu oleh Counter Women Traffficking Comission Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia (IBSI).
Semoga apa yg ada di sini bisa diteruskan ke komunitas masing-masing, karena selama ini para perempuan khususnya di Papua, selalu mengiyakan ketidak setaraan yang diterimanya secara pribadi maupaun terjadi di lingkungan sekitarnya. Semoga acara ini membuka hati dan pikiran kita agar terjadi perubahan cara pandang terhadap kesetaraan gender.


Ikatan biarawati seluruh Indonesia (IBSI), komisi anti perdagangan perempuan. IBSI terdiri dari beberapa konggregasi. Indonesia adalah negara pengekspor TKI termasuk TKW, bukan pengekspor barang tetapi manusia terutama perempuan. Banyak orang dikirim ke malaysia, sarawak, Brunei, hongkong dan negara-negara Arab. IBSI dipanggil berkumpul sesama suster seasia dan pasifik tahun 2007 untk mengetahui perdagangan manusia di Asia pasifik dengan Internasion organisasi untuk migrasi. Data eskpor manusia terbanyak ternyata dari indonesia. Pengiriman tenaga kerja keluar negeri ternyata tidak aman karena di tengah jalan mereka dijual. ( Ketua fasilitator (Suster Antoni, PMY ))

Banyak orang yang tidak sadar bahwa mereka sedang dijual. Kita semua terpanggil untuk menyampaikan itu agar orang menyadari kejahatan yang terjadi di sekitar mereka disadar. Tim IBSI sudah berkunjung ke banyak wilayah. Banyk gadis-gadis diselundupkan, lalu dijual menjadi istri orang. Banyak yang mejadi budak sesampai di sana. Banyak yg tidak tertolong. Maka kita punya kewajiban untuk mendengungkan kepada masyarakat bagaimana cara pergi keluar negeri bahkan ke luar pulau dengan aman, keluar negeri dengan orang-orang yang benar dan surat-surat yang lengkap.

IBSI selalu dipanggil oleh para jenderal dari Roma untuk melaporkan kegiatan-kegaiatan. Apa yg sudah dilakukan untuk mebantu para wanita agar tidak menjadi korban. IBSI tidak bekerja sendiri, tetapi ada pihak lain seperti pastor, bruder, LSM, dan lain-lain.
Gender Equality (Suster Katarina, FSGM)

Mendalami arti gender

Gender adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan bukan dari Tuhan tetapi dari konsensus manusia, buatan bersama, dipengaruhi oleh budaya, sosial ekonomi, politik, dan agama.

Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan gender sering melahirkan ketidakadilan gender, meliputi:
  • Banyak perempuan dimarginalisasikan/dimiskinkan. Di Jawa: perempuan hanya di belakang saja, makan, cuci, pel, dll. Di Papua tanggung jawab perempuan meliputi banyak hal: mulai dari mecari kayu bakar, cangkul tanah, gendong anak, urus anak, suami, dll
  • Keluarga: ada manager dan pekerja. Suami manager , istri pekerja mengerjakan semua kerjaan rumah. Suami hanya merokok, duduk-duduk, baca, nonton. Poligami ( wamena )istri 5 atau lebih tergantung kemampuan. Kekerasan terhadap istri, hak istri tidak dipenuhi, suami tidak terbuka soal gaji, pembagian tidak merata, perempuan sebagai alat untuk mencari harta.
  • Gereja: pastor tdk dapat perempuan, pemimpin wanita jarang.
  • Masyarakat: anak terpaksa dinikahkan muda/masih kecil meskipun dilarang oleh gereja, pergaulan bebas ( bukan hanya anak muda ), perempuan jadi buruh kasar.
  • Tempat tugas : ada perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan, jabatan di kantor di dominasi oleh laki-laki
Trafficking (Sr. Fransisca SSpS)
Trafficking: merekrut orang, mengangkut, memindahkan dan menerima orang dengan paksa menculik, tipu menipu kekuasaan/politik, dengan tujuan untuk dieksploitasi.
Objek trafficking: perempuan dan anak-anak termarginal, suku-suku terbelakang, penduduk asli dari desa terbelakang, pengungsi dan imigran gelap (contoh korban lumpur Lapindo), perempuan buta huruf, pemuda-pemudi yang meninggalkan keluarga.
Masalah perdagangan manusia menjadi masalah dunia, PBB, gereja. Kita sepakat untuk sama-sama mencegahnya.
Menurut data BPS, warga miskin di Indonesia berjumlah 39,1 jt orang (17,75%). Data ini berbeda dengan yang dikeluarkan oleh bank Dunia, yaitu 149 juta (49%) dari total penduduk Indonesia (Kompas 16 Maret 2007)
Karena kemiskinan dan keinginan untuk hidup yang lebih baik, banyak yang bermigrasi dalam negeri bahkan lintas negara. Namun byak yang justru terperangkap dalam kasus trafficking in person oleh sindikat perdagangan manusia dengan menggunakan berbagai cara, di antaranya paspor kunjungan sosial
Praktek Trafficcking in person di Indonesia: penjualan perempuan dan anak ke malaysia melalui jalur udara, laut, dan darat. Perempuan pada umumnya berusia 16-25 tahun dan direkrut dari berbagai wilayah, seperti Kalimantan Barat, Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara.
Jalurnya antara lain: Medan-Penang-Kuala lumpur, Tanjung pinang-tulang laut-kuala lumpur, dan yang terakhir Jakarta-Pontianak-Entikong-Kucing-Kuala lumpu/selangor yang merupakan jalur dengan frekuensi paling tinggi.
Modus operandi: sponsor/agen tenaga kerja untuk restoran, pabrik, penjaga toko, PRT dengan proses pelengkapan administrasi yang tidak terlalu rumit seperti jalur resmi. Sesampai di tempat tujuan mereka malah disekap dan dipaksa untuk menjadi WTS.
Hal lainnya adalah tentang data Kepolisian tahun 2001-2004 yang menyatakan bahwa ada 8876 orang yg ditangkap karena prostitusi. Film pronografi, kesadaran yang masih kurang tentang bahaya sex bebas, juga pengaruh media sosial semakin memperbanyak kasus prostitusi dan trafficking.
Pelaku trafficking sangat berragam, antara lain: orang tua (karena tekanan ekonomi), teman, saudara, tetangga, dll
IBSI banyak menangani masalah perempuan yang terjebak dalam sindikat-sindikat itu. Kerja sama dengan banyak pihak itu sangat membantu. Biara, LSM, pemerintah, kepolisian, bahkan Umat juga bisa diajak untuk ikut membantu.
Penghayatan Teologi Feminisme di Tanah Papua

(Pastor John Jonga, Pr)

“Tuhan Allah, Bapa dan Ibu Kami”
Sharing Pater John: dalam setiap doa, selalu menyapa, memanggil, menyebut Tuhan Allah sebagai Bapa dan sekaligus Ibu.
Mengapa? Karena Satu Keutuhan Kelaki-lakian (maskulinitas) dan Keperempuanan (feminitas) Allah :
  1. — Allah Pencipta
  2. — Allah Maha-Rahim
  3. — Allah Maha-kasih
  4. — Allah Maha-Bijaksana
  5. — Allah Maha-Hadir
Mama Yosepha Alomang menyebut Gereja Sebagai Mama.
“Bagi kami, gereja itu Mama. Mama itu memberi hidup, merawat, melindungi. Kami percaya gereja menyelematkan orang Papua. Selamat dari kebodohan, kemiskinan, ketidakamanan, ketakutan, ketidakadilan, dan penindasan. Kami juga bagian dari gereja yang sedang mengalami penindasan dan kemiskinan”
“Kami berharap, gereja terus berani untuk menyuarakan kepentingan rakyat Papua. Gereja harus tetap menjadi mama. Mama yang dekat dan yang menyelamatkan. Gereja itu berjuang tanpa kekerasan. Berjuang bukan untuk kekayaan atau jabatan. Berjuang dengan hati. Gereja harus menjadi seperti Yesus di Salib. Gereja berani melawan ketidakadilan pemerintah dengan jalan damai”
(kutipan Wawancara Mama Yosepha, dalam Buku Melawan Penindasan dan Diskriminasi di Tanah Papua, 2011)

Cerita Mama Yosepha:
Timika, Tembaga Pura merupakan wilayah PT Freeport yang dari dulu hingga sekarang tidak pernah sepi dari masalah. PT Freeport telah menghancurkan dan mengambil kekayaan alam dan membunuh banyak otang Papua karena mereka memperjuangkan hak mereka atas tanahnya sendiri. Dengan kemampuan yang seadanya, mama Yosepha tak pernah berhenti berjuang. Keluar masuk tahanan tidaklah gampang untuk seorang perempuan, tetapi mama tidak pernah gentar. Segala cara dilakukannya untuk melawan penindasan atas orang-orang dari bangsanya sendiri oleh pemerintah Indonesia lewat militernya dan oleh Amerika lewat PT. Freeport. Tak hanya itu mama pun berusaha untuk memberdayakan kaum perempuan di sukunya, agar bisa menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Di tengah beratnya perjuangan melawan penindasan ini, mama merasa terbantu dengan kehadiran gereja lewat pelayan-pelayannya yang kala itu adalah pastor dan pendeta. Mereka mendukung perjuangannya juga membantu untuk ikut memberdayakan kelompok mama-mama. Di wilayah-wilayah pedalaman, gereja cukup banyak membantu masyarakat yang jauh tertinggal.
Dalam perjuangan itulah, mama merasa tidak takut karena gereja ada untuknya, membantu perjuangannya, dan menjaga dia.
Dari situ lahirlah filosofi sederhananya. Ibarat mama yang selalu setia mendidik, menjaga, dan mengikuti perkembangan anaknya, begitulah mama merasakan kehadiran gereja. Maka buat mama “Gereja adalah mama orang Papua”
Tetapi akankah Gereja di Tanah Papua akan terus menjadi seperti apa yang diharapkan oleh seorang mama Yosepha Alomang yang diyakini mewakili suara orang Papua yang tertindas? Manurutnya “Gereja harus terus berani untuk menyuarakan kepentingan rakyat Papua. Gereja harus tetap menjadi mama. Mama yang dekat dan yang menyelamatkan. Gereja itu berjuang tanpa kekerasan. Berjuang bukan untuk kekayaan atau jabatan. Berjuang dengan hati. Gereja harus menjadi seperti Yesus di Salib. Gereja berani melawan ketidakadilan pemerintah dengan jalan damai”
Realita kekerasan terhadap perempuan di Papua
Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Papua sangat kompleks. Cerita kekerasan oleh negara di wilayah-wilayah perusahaan seperti cerita mama yosepha Alomang, juga kekerasan dalam rumah tangga seperti yang pernah ditangani oleh Pastor John jonga.
Misi pastoral yang dijalankan di Papua gampang-gampang sulit. Aturan gereja bertolak belakang dengan budaya setempat. Sebenarnya budaya mengajarkan orang untuk berbuat baik, tetapi karena semakin banyaknya uang makan pelan-pelan berubah ke sesuatu yang buruk.
Di Oksibil banyak orang islam Buton, kawin kontrak mulai merebak dan mulai menjadi kebiasaan. Obyeknya adalah janda-janda, gadis-gadis. Laki-laki Buton mencari tempat untuk beristirahat karena belum punya rumah, amak janda-janda dikawini untuk jangka waktu tertentu.

Ada juga kejadian 4 gadis yang bersaudara kandung kawin dengan satu orang dan tinggal dalam satu rumah.

Gereja memiliki peran lewat pemberdayaan perempuan memberikan pendidikan dan penyadaran kepada perempuan dan gadis-gadis di kampung-kampung. Harus ada program khusus juga pengembangan jaringan yang akan mempermudah proses sosialisasi, pendidikan dan penyadaran serta proses penyelesaian masalah, khususnya masalah terhadap perempuan dan anak. Pihak-pihak yang bisa diajak bekerjasama, antara lain: kepolisian, pusat pelayanan terpadu, dinas tenaga kerja, dinas sosial, pemberdayaan perempuan, biara-biara, dll
Catatan-catatan penting:

1. Membuat jaringan kerja untuk sosialisasi masalah HIV AIDS, KDRT, Trafficking, dll
2. Mencatat setiap kasus kekerasan yang terjadi di sekitar kita
3. Pemberdayaan perempuan membuat program khusus untuk sosialisasi masalah perempuan ke kelompok-kelompok basis.
RENCANA TIDAK LANJUT SEMINAR INI :
Kelompok Pegunungan Bintang
DEKENAT JAYAWIJYA
DEKENAT KEEROM
DEKENAT JAYAPURA
Beberapa Rencana Tindak Lanjut yang akan dilakukan setelah pertemuan ini antara lain :
  • Pembentukan Tim Relawan
  • Pengambilan data
  • Pengelompokan Data
  • Pengelompokan masalah
  • Usulan Program
  • Mencari dana
  • Melaksanakan Program
  • Pendidikan mencakup : ekonomi, kesehatan, ketrampilan dan buta aksara.
  • Hiv/Aids
  • Kesetaraan gender
  • Sosialisasi trafiking WKRI Sosialisasi di tingkat SMU, SMK, OMK OMK. SKP Monitoring
  • Jaringan kerja melalui Pastor Paroki, Ketua Kombas. LSM, Polisi, Depnaker, dan IBSI

Di Edit Oleh :
Dadang
Sekr Eksekutif CWTC
---------------------------------------------------********---------------------------------------
KEGIATAN SOSIALISASI MELALUI BEBERAPA JARINGAN ANTI PERDAGANGAN MANUSIA

SEMINAR HUMAN TRAFFICKING
STIE GENTIARAS bekerja sama dengan Fransiskus Misionaris Maria (FMM) dan Fransiskanes Gregorius Martir (FSGM) yang tergabung dalam Justice,Peace, Intergrity of Creation (JPIC FSGM Indonesia), mengadakan seminar sehari “STOP HUMAN TRAFFICKING” yang bertemakan “Mewaspadai Kecenderungan Terjadi Perilaku Kekerasan dan Perdagangan Modern Manusia di Sekitar Kita”.
Seminar diadakan di Aula STIE GENTIARAS dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswi STIE GENTIARAS yang berjumlah ±120 orang, Puket III bagian kemahasiswaan dan para staff dan Dosen. Pemateri yang mengisi seminar “Stop Human Trafficking” ini antara lain : Sr.Maria Magdalena.FMM, Sr.lilia. FMM dan Sr.Chatarina .FSGM.
FMM merupakan sebuah konggregasi Fransiskus Misionaris Maria yang sudah tersebar di seluruh penjuru dunia. Sudah 5 benua yang dijelajahi oleh konggregasi ini, selain itu konggregasi ini merupakan satu-satunya konggregasi wanita pertama.
Materi pertama pada seminar ini adalah “Apa itu Gender?” , Gender yang dimiliki laki-laki dan perempuan tidak sama. Dengan perbedaan yang ada tidak menyebabkan kesenjangan status sosial. Seminar Stop Human Trafficking ini memang sebuah realita yang patut kita reflesikan bersama. Sebuah transaksi perdagangan manusia yang notabane adalah manusia yang bermartabat dan ciptaan yang paling sempurna. Manusia yang diperjual-belikan merupakan tindakan yang melanggar hukum, tutur Langgeng (21) dalam refrensinya melalui tulisan dalam peliputan karintas.
Adapun faktor-faktor pendorong terjadinya perdagangan orang antara lain : pengangguran, kemiskinan, lapangan kerja terbatas, perempuan tidak dihargai, anak dianggap sebagai budak, pendidikan dan ketrampilan yang rendah, perilaku konsumtif dan modis, keluarga yang tidak harmonis, pernikahan dan perceraian usia dini, budaya permissive, hedonisme, masyarakat yang asertif, ketidak setaraan gender, penegakan hak asasi manusia yang lemah.
Stella (19) dalam refrensinya tulisan karintas “Begitu banyak contoh yang terjadi sekaligus menjadi pembelajaran dalam kehidupan kita bahwa harus lebih berhati-hati,menjaga diri dan tidak mudah terpengaruh dengan iming-iming yang dapat menyenangkan diri sendiri , keluarga, masyarakat dan Negara”. Sasmito Aji
Sumber :
STIEGENTIARAS
---------------------------------------------------********---------------------------------------
WORKSHOP VIVAT INTERNASIONAL

Pada tanggal 24-29 September 2012 yang lalu di Wisma Siloam, Kuwu, Ruteng telah diselenggarakan Workshop VIVAT Internasional Indonesia - Timor Leste yang diikuti oleh 4 kongregasi religius yaitu; SVD, SSpS, OMI dan SCJ, sehingga peserta yang hadir kurang lebih berjumlah 85 orang.

Peserta workshop tersebut merupakan wakil dari masing-masing kongregasi yang hadir, yang terdiri dari Provinsial dan Regional SVD-SSpS, para koordinator JPIC, selain itu hadir pula para pejuang HAM (Hak Asasi Manusia). Narasumber Workshop merupakan Tim VIVAT Internasional New York dan Geneva serta dari Board VIVAT Internasional Roma, antara lain; P. Felix Jones, SVD, P. Lukas Jua, SVD, Sr. Zelia Corderio, SSpS, P. Edward A. Flynn, CSSp, P. Daniel J. Le Blanc, OMI.
Masing-masing narasumber membagikan pengalaman mereka, selain itu mereka juga menyampaikan bagaimana kiprah VIVAT Internasional di PBB.
Masing-masing koordinator JPIC VIVAT Internasional Indonesia Timor Leste juga menyampaikan program-program yang sudah dan sedang dijalankan pada masing-masing wilayah karya.
Rangkaian kegiatan workshop
Pada tanggal 24 September 2012 pkl.16.00, para peserta workshop VIVAT Internasional Indonesia - Timor Leste diterima secara adat yang ditandai penerimaan songkok untuk narasumber laki-laki dan selendang untuk narasumber perempuan sedangkan seluruh peserta menerima topi dan rompi berwarna biru muda. Sesudah penerimaan secara adat acara dilanjutkan dengan Ekaristi pembukaan yang dipimpin oleh P. Servulus Isaak, SVD, Provinsial SVD Ruteng.
Selama workshop berlangsung, sebelum kegiatan diawali dengan perayaan Ekaristi. Hari pertama, perayaan Ekaristi dengan tema Justice yang dipimpin oleh P. Leo Kleden, SVD, Provinsial SVD Ende.
Pada hari kedua workshop, sesudah P. Paul Rahmat memberi introduksi dan lain-lain, kegiatan dilanjutkan sharing JPIC dari Timor dan Timor Leste, sharing JPIC wilayah Papua dan Kalimantan serta kesaksian oleh mama Yosefa Alomay dari Papua. Pada sore hari dilanjutkan dengan sharing JPIC wilayah Jawa dan Sumatera. JPIC SSpS diwakili oleh Sr. Fransisca SSpS, JPIC OMI Indonesia oleh Rm. Simon Heru S, OMI, JPIC SCJ oleh Rm. Ant. Dwi Pramono, SCJ.
Perayaan Ekaristi hari kedua dengan tema Peace dipimpin oleh P. John Prior, SVD. Dalam misa semua yang hadir diajak untuk memulai berdamai dengan diri terlebih dahulu, kemudian membagikan damai bagi sesama. Sepanjang hari kegiatan workshop diisi dengan seminar antara lain; Justice & Peace dalam KS oleh P. Lukas Jua, SVD dilanjutkan oleh P. John Prior SVD yang berbicara tentang Teologi dan Spiritualitas JPIC. Seminar dilanjutkan pada siang hari pkl.14.00 dengan sharing dari JPIC Flores, (JPIC SVD Ende, SSpS Flores Timur, JPIC SVD Ruteng & JPIC Flores Barat). Pada sore harinya dilanjutkan dengan materi dari tim VIVAT tentang apa itu NGO, selayang pandang VIVAT Internasional di PBB hingga kamis siang.
Sore harinya peserta workshop disuguhi acara malam Budaya dari STIBA Ruteng. Kamis malam seluruh peserta workshop merayakan perayaan Ekaristi bersama di SSpSAP Ruteng, dengan tema Integrity of Creation oleh P. Felix Jones, SVD.
Jumat pagi perayaan Ekaristi dengan tema Mission oleh P. Simon Bata, SVD.
Materi pada hari Jumat sejak pagi hingga malam adalah tentang perkembangan VIVAT Internasional dan Advokasi, oleh tim VIVAT New York dan pembicara dari Jakarta yaitu Bapak Don K. Marut.
Pada Sabtu, tanggal 29 September doa pagi dipimpin oleh SVD, SSpS Flores dan Timor dengan tema Passion for Christ, Passion for Humanity. Pada hari terakir ini para peserta diajak untuk membuat Action Plan men-dengarkan penjelasan mengenai identifikasi isu-isu yang ada di tingkat nasional mapun tingkat Provinsi masing-masing. Kegiatan diakhiri dengan pernyataan komitmen oleh para peserta workshop VIVAT Internasional Indonesia - Timor Leste, sebagai berikut:
  • Membangkitkan kesadaran pada kongregasi/anggota VIVAT Internasional untuk melibatkan diri dalam mengupayakan keadilan, menghasilkan perdamaian dan memelihara kehidupan
  • Mencegah perdagangan orang-orang dan memulihkan martabat korban
  • Menyelamatkan kehidupan dan sumber-sumbernya dengan menolak per-tambangan
Semoga kita semua semakin bersatu hati untuk berjuang bersama dalam rahmat Tuhan untuk semakin mencintai dan memelihara kehidupan.
Sr. Maria Christina, SSpS
Sumber :
http://sspsjawa.blogspot.com/search/label/JPIC





Tidak ada komentar:

Posting Komentar