VISI KAMI

“ AGAR HAK DAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH DIAKUI DAN DIHORMATI. ”

Rabu, 20 Juni 2012

Aku dan Mereka

Mengikuti berita dan artikel tentang perdagangan manusia rasanya masih asing terdengar di telingaku beberapa tahun lalu. Tidak ada yang menarik tentang itu. Nggak ada istimewanya...Percuma di bahas...dan rasanya cuman terlihat susah dan sengsara aja yang ada.
Dan dalam bayangan dan pikiranku cuman menyalahkan mereka yang sampai masuk ke dalam prostitusi.
'..salah sendiri mereka mau di ajak..' atau '...Bodo banget mereka mau di bohongin ...' atau juga Udah tahu gitu kok ya mau aja diajak, toh dia juga dapat duit banyak...'
Dan masih banyak sindiran dan kalimat kalimat kasar dalam benakku, mungkin nggak aku sendiri yang punya pikiran seperti itu.
Memang kalau di lihat sepintas atau hanya di permukaannya saja sering kali masyarakat menyalahkan mereka yang terlibat bahkan khususnya si korban. Sering kali kita menghakimi mereka dengan kata kata seperti itu bahkan sering kali pula manakala sudah berada di ranah hukum atau pengadilan masih saja mereka dicemooh, diejek karena masalah itu.
Banyak contoh kasus dimana si korban yang terselamatkan dari tindak perdagangan orang ini, justru memulai perjuangannya dari sini. Memulai perjuangan kehidupan mereka saat mereka sudah terselamatkan dari keadaan yang amat sangat mengenaskan. Kenapa....
Bayangkan....
Mereka diselamatkan dari tindak perdagangan manusia dalam keadaan hamil, cacat, ataupun luka batin dan fisik yang tidak akan bisa ditutupi dengan apapun. Terkadang tidak ada yang menyambut kedatangan mereka terutama dari luar negeri. Pernah aku mendapatkan cerita dimana seorang TKW setiba nya dari luar negeri dalam keadaan lumpuh hanya ditempatkan begitu saja di ruangan kesehatan pelabuhan. Atau juga ada seorang korban yang pulang dalam keadaan hamil akhirnya tidak bisa diterima oleh keluarganya.
dan jangan bayangkan pula ,dari sekian juta anak bangsa yang mengadu nasib di nergeri orang ini selalu membawa uang banyak bagi keluarga.



"... dia tiba di kampung halamannya Indramayu hanya dengan uang sebesar 7.500 rupiah. Saat ini dia bekerja sebagai PRT di sebuah rumah tangga di kotanya sendiri dengan gaji seperlima dari gajinya di Malaysia, akan tetapi bagi Yani itu sudah cukup daripada harus bekerja dui negeri seberang dengan penderitaan yang pernah dia alami. Dia kapok untuk bekerja di Malaysia..."
(Jalan Berliku Pahlawan Devisa )

Belum lagi jika mereka yang tertipu oleh agen agen tenaga kerja yang masuk sampai ke dalam pedesaan untuk mencari calon "mangsa". Malah pernah juga  ada di daerah Nusa Tenggara Timur dimana satu desa yang  semua penduduknya  masih ada hubungan satu keluarga terjebak dalam lingkup perdagangan manusia.
Pada awalnya ada satu orang yang diiming imingi oleh agen tersebut dengan menceritakan bahwa ada saudaranya di Kalimantan sudah lumayan sukses, dan dia minta agar saudara saudaranya di kampung bisa ikut dengannya di Kalimantan ( Belakangan diketahui bahwa si agen tersebut masih juga masih ada hubungan saudara ). Akhirnya dari situ dia menceritakan kepada saudaranya yang lain, bahwa di Kalimantan nanti mereka bisa bekerja dengan gaji yang tinggi, jangan terkejut jika diantara mereka juga ada yang mengenyam pendidikan SMK kelas 2, walaupun sebagian besar dari mereka banyak yang tidak berpendidikan. Bahkan pernah ada juga seorang yang berpendidikan tinggi dan juga seorang pengusaha juga terjebak dalam lingkaran trafficking ini. Akibat dari badai krisis moneter yang berkepanjangan usahanya hancur berantakan, ditengah lilitan keuangan yang demikian parahnya, membuatnya harus menerima kenyataan yang membuatnya terdampar sampai ke negara Belanda.  Nah...coba kita lihat beberapa kisah ini yang diambil dari Trafficking in Persons Report 2011


INILAH SEBAGIAN DARI KISAH KAMI………….
Kesaksian para korban termasuk dalam laporan ini dimaksudkan untuk menjadi perwakilan saja dan tidak mencakup semua bentuk perdagangan yang terjadi. Semua ini cerita bisa terjadi di mana saja di dunia. Mereka menggambarkan berbagai bentuk perdagangan manusia dan berbagai macam tempat di mana mereka terjadi. Tidak ada negara yang kebal. Banyak dari nama-nama korban telah diubah dalam laporan ini.Mereka menunjukan berbagai bentuk bentuk eksploitasi yang mendefinisikan perdagangan dan berbagai budaya di mana korban perdagangan manusia ditemukan.



MOLDOVA-UEA
Olga, 23, datang ke Dubai dari Moldova dengan visa pengunjung setelah mendengar tentang kesempatan pekerjaan di sana. Seorang wanita Rusia dan seorang pria India menjemputnya di bandara saat ia tiba. Mereka membawanya ke apartemen mereka dan mengatakan bahwa ia bukan akan dilacurkan. Ketika ia menolak, mereka memukulinya dan mengancam akan membunuhnya dan menguburnya di padang pasir. Mereka mengancam akan menyakitinya jika dia tidak membayar mereka kembali untuk biaya perjalanan, dan kemudian dikirim Olga ke sebuah hotel lokal untuk memenuhi pelanggan dan mengumpulkan uang dari mereka. Setelah dua minggu, Olga bertemu wanita lain dari Moldova di hotel dan bercerita tentang kondisinya. Wanita itu menyarankan agar ia melaporkan situasinya kepada polisi, yang menggerebek apartemen dan menangkap para pedagang yang dicurigai.


AMERIKA SERIKAT
Alissa, 16, bertemu pria yang lebih tua di sebuah toko di Dallas dan setelah beberapa tanggal menerima undangannya untuk tinggal bersamanya. Tapi segera pacar baru Alissa itu meyakinkannya untuk menjadi pendamping bagi dia, yang menyertai laki-laki pada tanggal dan berhubungan seks dengan mereka uang. Dia membawanya ke daerah yang dikenal untuk prostitusi jalanan dan memaksanya menyerahkan semua penghasilannya. Dia membuat Alissa mendapatkan tato nama panggilan nya, branding-nya sebagai miliknya, dan dia diposting iklan prostitusi dengan fotonya di sebuah situs internet. Dia menyewa kamar hotel sekitar Dallas dan memaksa Alissa berhubungan seks dengan laki-laki yang menanggapi iklan. Pria yang terus senapan serbu di lemari apartemennya, mengancam Alissa dan fisik menyerangnya berkali-kali. Pria itu kemudian mengaku bersalah atas Alissa perdagangan manusia.

HONDURAS-U S A
Maira berusia 15 ketika dua pria berpakaian rapi mengendarai mobil bagus mendekatinya dan dua teman di sebuah desa kecil Honduras. Mereka mengatakan kepada anak perempuan mereka pengusaha dan menawarkan untuk membawa mereka ke Amerika Serikat untuk bekerja di pabrik tekstil. Maira pikir itu adalah kesempatan sempurna untuk membantu ibu single, yang berjuang untuk mendukung tujuh anak.
Tapi setelah tiba di Houston, gadis-gadis itu ditahan, dipukuli, diperkosa, dan dipaksa bekerja di cantinas yang dua kali lipat sebagai pelacuran. Pria akan datang ke kantin dan memilih bir dan perempuan, terkadang semuda 12. Mereka akan membayar untuk bir dan duduk dengan gadis itu sementara ia meminumnya. Jika mereka ingin berhubungan seks dengan gadis itu, mereka akan membawanya ke belakang dan membayar tunai untuk, handuk kasur kertas, dan spermisida. Para penculik mengalahkan gadis-gadis setiap hari jika mereka tidak membuat cukup uang.
Setelah enam tahun, Maira berhasil melarikan diri kantin dan kembali ke ibunya dengan bantuan keluarga semacam Amerika

Kedua temannya masih hilang

TIMUR TENGAH - INGGRIS
Amita datang ke London dari Timur Tengah sebagai pembantu rumah tangga untuk keluarga yang memperlakukan dia dengan baik dan membayarnya sopan. Ketika majikannya pindah ke pekerjaan tingkat tinggi yang menyediakan staf rumah, keluarga tidak lagi diperlukan Amita. Mereka membantunya mencari pekerjaan dengan keluarga lain. Pengusaha baru Amita yang mengambil paspornya segera setelah ia tiba dan membuat tidur di lantai di ruang tamu untuk mencegah dia mencuri sesuatu dan menyembunyikan mereka di kamarnya. Mereka tidak membayar dia atau mengizinkan dia keluar rumah, dan mereka mengancam akan melaporkan ke polisi sebagai ilegal jika ia mencoba melarikan diri. Amita bekerja di rumah keluarga dari jam 6 pagi sampai 8 malam Setelah itu, dia dibawa untuk membersihkan gedung perkantoran berbagai sampai tengah malam atau dini hari. Suatu malam, anak majikan dan teman-temannya minum di rumah dan berusaha memperkosa Amita. Setelah itu, dia memutuskan untuk melarikan diri dan berhasil melarikan diri dengan bantuan seorang penjaga keamanan
Selengkapnya [...]

TRADISI MIGRASI SWADAYA ORANG LEWOHEDO


Secara administratif Desa Lewohedo berada di wilayah Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Berjarak kurang lebih 4 mil laut dari Ibu Kota Kabupaten, Lewohedo sejak dahulu terkenal sebagai salah kantong buruh migran. Masyarakat Lowehendo hingga kini masih setia dengan tradisi bermigrasi secara swadaya (informal). Menurut Kepala Desa Lowehedo, Andreas Dosi Kaha, orang Lewohedo sudah mulai bermigrasi sejak awal 60an. Data lima tahun terakhir menunjukkan angka buruh migran desa ini mencapai 143 jiwa dan tersebar di sejumlah wilayah di Malaysia. Namun, kebanyakan buruh migran tersebut berada di Malaysia Timur


Ada sejumlah alasan mendasar yang menyebabkan masyarakat Lewohedo lebih memilih untuk bermigrasi ke luar negeri tinimbang menetap dan tinggal di kampung sendiri. Persoalan utamanya adalah ekonomi. Sempitnya lapangan pekerjaan menyebabkan keluarga tidak memiliki pendapata yang mencukupi. Di Pulau Solor yang terkenal gersang, bertani bukanlah pekerjaan yang bisa diandalkan. Minimnya kapasitas sumber daya manusia (SDM), membuat sebagian anak Lewohedo melirik tanah rantau sebagai sandaran hidup yang bisa diandalkan.


Beban adat yang terkadang terlampau berat turut menjadi pemicu meledaknya angka migrasi di desa pesisir utara pulau Solor ini. Konteks pernikahan adalah contohnya. Pemuda Lewohedo yang hendak menikahi gadis harus memberikan mahar minimal satu batang gading gajah. Harga sebatang gading gajah kini berkisar di atas angka sepuluh juta rupiah. Beban tersebut menjaid lebih berat apabila gadis yang dilamar terlanjur berbadan dua sebelum menikah. Harga diri sebagai pria Lamaholot –sebutan untuk suku-suku yang mendiami wilayah Flores Timur dan Lembata– akhirnya menuntun langkah kaum lelaki menuju Malaysia untuk mengumpulkan sekadar untuk membeli sebatang gading.


Anggapan warga Lewohedo bahwa migrasi ke luar negeri sebagai tradisi turun-temurun adalah alasan lainya. Langkah orangtua yang pernah merantau bisa dipastikan diikuti oleh anak. Banyak pemuda sekarang yang pergi merantau ke luar negeri karena cerita-cerita yang terlampau dramatik dan dibesar-besarkan tentang tanah rantau yang didengar dari orang lain yang pernah merantau.

Sumber : Selengkapnya [...]


Banyak....banyak sekali cerita tentang mereka. Tapi kenapa masih terjadi di negara ini bahkan di negara mana saja, perdagangan manusia sudah menjadi tindak pidana lintas negara yang sangat parah. Apa sebenarnya yang terjadi ? Apakah ada yang patut dipersalahkan ? Masyarakat ? Keluarga ? Pemerintah ? Sistem Perundangan Undangannya ? Dan pertanyaan yang paling krusial, mengapa sering kali terjadi terhadap perempuan dan anak ? 
Disinilah diperlukan sebuah kombinasi kerja sama antara pemerintah, masyarakat, LSM dan semua elemen negara. Sangat penting artinya bagi masalah ini akan jejaring dari mereka yang peduli, mereka yang mempunyai hati akan penderitaan sesama dan tentunya bagi mereka yang mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia.

Satu hal yang jelas bagi saya, keadaan ini adalah sebuah pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, dimana 
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. (UU No. 39 Tahun 1999, Pasal 1)

Semoga dengan berbagai bentuk Jejaring dan Kerjasama yang terjalin erat antara semua pihak dan elemen di belahan dunia minimal dapat mencegah perkembangan dan semakin menyebarnya perdagangan manusia.





1 komentar:

  1. apa yang bisa aku berikan kepada negaraku.
    Mereka hanya bisa berharap bahwa negara masih masih memperhatikan nya....
    Apakah kalimat '...
    "....Jangan tanya apa yang diberikan negara kepadaku,
    tapi tanyakan apa yang bisa aku berikan kepada negaraku...."
    masih berlaku...????
    Mereka sudah memberikan yang terbaik menurut mereka. Penerimaan dari sektor Migran adalah nomer 2 setelah Migas.
    Jmlh keseluruhannya per tahun diperkirakan mencapai 5 milyar dollar AS atau sekitar 50 Trilyun rupiah mendekati hasil penjualan minyak dan gas pendapatan utama negara mereka, tapi sekali lagi apa yang bisa diberikan kepada mereka.
    17 RIBU nyawa manusia...bukan angka yang sedikit ...Bayangkan bagaimana dengan kehidupan suami / isteri dan anak mereka dan orang- orang yang menggantungkan kehidupannya pada mereka.....Bayangkan jika mereka adalah orang orang yang kita kenal, kita cintai..... Bayangkan jika mereka adalah kita sendiri....
    Mereka tidak bodoh...Mereka tidak pintar seperti mereka di Gedung dewan Yang terhormat.... Mereka tidak kaya seperti mereka yang tinggal menunjuk saja untuk memperoleh sesuatu....Mereka hanya memperjuangkan ....
    " Hak dan Martabat mereka sebagai citra Allah agar diakui dan dihormati..."
    Dear God
    We Don’t ask You to make Our life easier….
    But We ask You to give Our strength to Face
    All Our trouble.
    Amen…
    17 Ribu TKI Berada di Jeruji Besi ArabSaudi
    Selasa, 26 Juni 2012, 07:49 WIB
    REPUBLIKA.CO.ID, -- Pemerintah Indonesia berupaya keras untuk melepas jeratan hukuman mati yang menimpa 32 Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi.

    http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/06/26/m678y7-17-ribu-tki-berada-di-jeruji-besi-arab-saudi#comment-form

    BalasHapus